Nelayan Bondalem: Antara Tradisi, Tantangan, dan Harapan

23 Agustus 2025 04:08:15 WITA

Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, dikenal sebagai salah satu desa pesisir dengan masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan. Salah satu kelompok yang masih aktif adalah Akta Bhakti Baruna, yang berdiri sejak tahun 1982 dan memiliki sekitar 40 anggota.

Salah seorang anggotanya, Ketut Widarta, menceritakan kesehariannya sebagai nelayan yang sudah dijalani sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ia biasanya melaut dua kali sehari, pagi pukul 04.00 hingga 11.00 WITA, serta sore pukul 18.00 hingga dini hari, bergantung pada cuaca. Peralatan yang digunakan adalah pancing pada pagi hari dan jaring pada malam hari, sedangkan rumpon menjadi penentu lokasi penangkapan ikan.

Jenis ikan yang sering ditangkap adalah tongkol, tuna sirip kuning, lemadang (tompek), serta cumi-cumi pada malam hari. Hasil tangkapan rata-rata sekali melaut mencapai 15 kilogram, bahkan bisa mencapai 30 kilogram pada musim ikan. Harga ikan di tingkat nelayan bervariasi, mulai dari Rp22.000/kg untuk ikan kembung, Rp25.000/kg untuk tompek, Rp30.000/kg untuk tongkol, hingga Rp40.000/kg untuk cumi-cumi. Hasil tangkapan biasanya dijual langsung ke pengepul, termasuk melalui koperasi kecil Mina Arta Bhakti Baruna yang dikelola istri-istri nelayan.

Namun, kehidupan nelayan tidak lepas dari tantangan. Musim paceklik akibat angin barat sering membuat mereka tidak bisa melaut dan beralih ke pekerjaan serabutan. Selain itu, biaya operasional melaut cukup tinggi. Setiap kali berangkat, nelayan memerlukan sekitar 10 liter bahan bakar. Saat ini, pembelian BBM harus menggunakan barcode yang masa berlakunya hanya tiga bulan, sehingga dianggap menyulitkan. Dari sisi ekonomi, penghasilan nelayan rata-rata sekitar Rp100.000 per hari pada musim sepi, dan bisa mencapai Rp250.000 pada musim ikan.

Di balik kesulitan tersebut, nelayan Bondalem tetap menjaga tradisi dan spiritualitas. Setiap tahun, pada hari Kajeng Kliwon Uwudan bulan ke-8 menurut kalender Bali, mereka melaksanakan upacara pekelem sebagai ungkapan syukur kepada laut. Pada tingkat desa, persembahan lebih besar dilakukan setiap Tilem Sasih Kepitu dengan menggunakan sapi.

Para nelayan berharap pemerintah lebih memperhatikan kebutuhan mereka, terutama terkait akses BBM dan kartu keanggotaan nelayan seperti Kusuka untuk mempermudah administrasi dan bantuan. Bagi mereka, laut tetap menjadi sumber kehidupan utama, meski penuh tantangan. Dukungan dari pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan agar nelayan Bondalem dapat terus bertahan sekaligus menjaga kelestarian sumber daya laut.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Layanan Mandiri


Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukkan NIK dan PIN!

Media Sosial

FacebookTwitterYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung

Lokasi Bondalem

tampilkan dalam peta lebih besar